Masih melanjutkan tulisan sebelumnya (baca : Jalan-jalan di Awal Tahun : Kota Tua Jakarta), kami bertiga akhirnya memutuskan untuk ke Lembang. Sebenarnya Plan A adalah ke Garut, mau main ke rumahnya Agus, tapi karena waktu yang ngga banyak sedangkan perjalanan ke Garut bisa 4-5 jam, akhirnya Plan A beralih ke Plan B. Kenapa Lembang? Karena Si Bayu. Hehe, singkat amat, tapi ngga sesederhana itu kok. Awalnya karena ada majalah traveling di kamarnya Bayu yang memuat tentang Vihara Vipassana yang ada di Lembang, Bandung. Karena ulasan di majalah itu kayaknya unik serta foto-fotonya juga menarik, makanya kami iseng mau jalan-jalan kesana. Kenapa mau lihat Vihara? Karena kan lagi bernuansa Imlek (Hehe..itu sih dihubung-hubungin aja..)
Dari Jakarta kami naik bus Primajasa tujuan Bandung langsung dari pool-nya di UKI Cawang. Ongkosnya ‘lumayan’ euy, 50.000 rupiah, tapi itu karena bus yang AC sih, jadi masih reasonable. Lagipula biar di perjalanan berasa nyaman jadi bisa tidur (menghibur diri). Eh, belakangan kami nyesel juga, karena baru tau kalo naik yang tujuan Garut atau Tasik bisa turun di Bandung dan cuma bayar 25 ribuan ! (Duh, padahal si Agus yang asli Garut mestinya udah tau ya?).
Masih sempat beli oleh-oleh di terminal |
Bus berhenti di terminal Leuwi Panjang, kami lalu naik sebuah bus kota ke terminal anu (maaf, gue lupa namanya) terus nyambung naik sebuah mobil colt sampe kemudian turun lagi untuk cari makan. Hihi.. Ini sih jalan-jalan ngga jelas yang cuma tau tujuan akhir tapi ngga tau mau naiknya apa aja. Sebenarnya waktu itu kami jadi frustasi karena jalanan Bandung macetnya setengah mampus, sedangkan perut masing-masing udah protes karena hari udah siang. Makanya kami turun dulu nyari warung atau tempat makan yang paling dekat dan Alhamdulilah ketemu warung nasi Padang yang ngga heran ada dimana-mana di segala penjuru Indonesia.
O iya, sebelum ketemu tempat makan, gue iseng ajak Agus buat bikin video ala reporter yang hasilnya 11-12 lah sama yang suka dilihat di tv..
Sambil makan kami tanya-tanya ke Ibu pemilik warung tentang arah ke Vihara Vipassana di Jalan Kolonel Masturi. Syukurlah si Ibu tau dan menyarankan untuk naik ojek yang mangkal di dekat situ. Katanya cukup bayar seorang sepuluh ribu ntar dianterin langsung ke lokasi. Kami yang ngga tau jalan cuma manggut-mangut dan membiarkan si Ibu yang bilang ke para mang ojeknya. Dan perjalanan pun dilanjutkan naik motor menempuh medan jalan yang semakin kecil, kadang menanjak dan kadang menurun.
O iya, sebelum ketemu tempat makan, gue iseng ajak Agus buat bikin video ala reporter yang hasilnya 11-12 lah sama yang suka dilihat di tv..
Sambil makan kami tanya-tanya ke Ibu pemilik warung tentang arah ke Vihara Vipassana di Jalan Kolonel Masturi. Syukurlah si Ibu tau dan menyarankan untuk naik ojek yang mangkal di dekat situ. Katanya cukup bayar seorang sepuluh ribu ntar dianterin langsung ke lokasi. Kami yang ngga tau jalan cuma manggut-mangut dan membiarkan si Ibu yang bilang ke para mang ojeknya. Dan perjalanan pun dilanjutkan naik motor menempuh medan jalan yang semakin kecil, kadang menanjak dan kadang menurun.
Udara sepanjang jalan yang sejuk dan berangin bikin kami betah naik motor sampai kami baru sadar, kok rasanya lama banget ya nyampenya. Akhirnya satu motor yang paling depan berhenti diikuti dua motor yang lain. Salah seorang mang ojek yang nanyain duluan, ini tujuannya mau kemana? HAH?? Entah apa yang dijelasin si Ibu ke para ojek, yang pasti mereka cuma tau disuruh nganterin kami ke Jalan Kolonel Masturi yang ternyata mencakup wilayah yang lumayan panjang. Ngga heran merekanya jadi bingung sedangkan kami cuma terima beres naik motor dan ngga bilang apa-apa tentang tujuan ke Vihara.
Modal nanya orang yang lewat di sana-sini (karena sang ojek’ers juga ngga tau dimana viharanya), akhirnya ketemu juga (emangnya Ayu Ting-ting yang nyari alamat ngga ketemu-ketemu, :-p). Dan ternyata Viharanya udah kelewat lumayan jauh dari tempat kami berhenti. Dengan dalih udah jauh muter-muter, para ojeknya ngga mau dibayar sepuluh ribu seorang seperti perjanjian di awal (Lah, siapa yang suruh muter-muter tadi? Di perjanjian awalnya kan ngga pake nyasar kayak gini, Huh!) Meski kesel, ditambah deh ongkosnya dua puluh ribu lagi untuk ‘mengusir’ para ojek yang keukeuh ngga mau pergi sebelum dibayar lebih. Ini sih ngga ikut merayakan Imlek tapi kena bagi-bagi Angpao-nya. Cuma bisa ngelus dada masing-masing.
Baca terus : Jalan-jalan di Awal Tahun : Vihara Vipassana, Lembang (II)
0 komentar:
Post a Comment